Tak selamanya yang pintar itu pintar ...

Pertama kali bayangmu jatuh tepat di fokus hatiku

Nyata, tegak, diperbesar dengan kekuatan lensa maksimum

Bagai tetes minyak milikan jatuh di ruang hampa

Cintaku lebih besar dari bilangan avogadro

Walau jarak kita bagai matahari dan pluto saat aphelium

Amplitudo gelombang hatimu berinterfensi dengan hatiku

Seindah gerak harmoni sempurna tanpa gaya pemulih

Bagai kopel gaya dengan kecepatan angular yang tak terbatas

Serial Ogi, O.Solihin.

Aduuh .. sumpah physics-poetry ini indah bangeet .. Ini puisi adalah mahakarya dari mahasiswa jurusan ilmu fisika! Tentu selain pintar, kestabilan-kestabilan mereka yang lain juga penting. Contohnya puisi karya mahasiswa fisika ini, mereka mempunyai kestabilan emosi tinggi, mereka masih bisa mendalami anuerah dari Tuhan Yang Maha Esa yaitu cinta, disamping mendalami teori-teori yang ada.

Survei membuktikan bahwa orang pintar minum tolak angin.! ehh..kok jadi promosi .. hehe . enggak ding, maksudnya orang pintar itu belum tentu mempunyai kestabilan-emosi yang "pintar" pula. Seperti kasus-kasus belakangan ini : Mahasiswa Universitas Nan Yang, Singapura atau disebut NTU (Nanyang Technology University)menikam dosennya setelah pada akhirnya ia memotong urat nadinya sendiri dan melompat dari tingakt 5 gedung universitas Nanyang. Banyak dugaan muncul seiring beredarnya kabar itu di Indonesia, asal mahasiswa yang bernama David Hartanto Widjaya itu. Diduga pula, ia melakukan semua tindak kriminal tersebut dikarenakan program beasiswa yang selema ini membiayai kuliahnya di Singapura akan dihentikan. Maklum, program belajar di luar negeri seperti di Nanyang ini tidaklah murah. Padahal ia adalah siswa yang sangat pandai dan pernah menjadi presiden klub olahraga di Universitas Nanyang. Dan pada akhirnya di semester terakhir ini ia menyelesaikan tugas akhirnya dengan menikam dosennya sendiri.

Masyaallah... ternyata kepintaran tidaklah menjamin segalanya, ya .. Malah suatu saat kepintaran itu akan mempersulit diri kita sendiri. Contoh aja, apabila kita sudah sangat menguasai ilmu teori, maka dengan sendirinya kita sedikit demi sedikit tidak percaya akan takdir/ilmu-ilmu yang didasarkan oleh agama. Kita mulai menentang keyakinan yang ada. oleh karena itu, suatu ilmu haruslah diimbangi oleh emosional. Utamanya yaitu ibadah. Ibadah akan menjauhkan kita dari segala akibat buruk dari ilmu atau apapun yang telah dianugerahkan Tuhan kepada kita.

Semoga kita tergolong pada muslim-muslim yang diselamatkan oleh Allah. Amiien ..



0 komentar:

Posting Komentar